Minggu, 30 November 2014

*Nomm Nommm*

Kuliner. Itu hobi yang nggak ada matinya, hahahaha... Nggak pernah habis bahan buat menjelajah hobi satu ini. Kadang harus merogoh kocek dalam-dalam, tapi kadang cuma butuh berapa rupiah aja buat nikmatin hidangan lezat. Ada kata-kata anonim (yang aku lupa baca dimana, hehehe) bilang kalau aktivitas makan saja sudah tergolong refreshing. Dan ya memang bener, bahkan sekedar makan nasi sayur di rumah pun, bisa menjadi sarana "menghela nafas" :D


Kalau ditanya makanan apa yang jadi favorit, dengan lantang dan keyakinan penuh bakal ngejawab, "Semua sukaaaaa", hahahaha... semua jadi favorit sih, dan aku ga pilih-pilih tempat kalau lagi kulineran. Mau di cafe-cafean, pedagang kaki lima pinggir jalan, sampai sekolahan jadi tempat kuliner favoritku. Sekolahan? Iya, sekolahan. Aku hapal dimana penjual bakso pentol yang enak, cilok yang sip, lekker yang yahud, sampai seblak yang paling top. Awalnya sih sempet dapet lampu kuning dari ibu tercintah, soalnya memang jajanan sekarang suka sok asik. Enak di mulut, nggak enak di perut. Ya formalinlah, boraxlah. Taktik andalan cuma, "bismillah", habis itu jajan lagi :3

Next, aku hobi makan mi instan, Indomie rasa soto. Itu kalo dipakein sawi, bakso, sama rawit merah, apalagi dimakan pas hujan-hujan, wuih rasanya nggak terkatakan, enak, segeeerr... Sayangnya, makanan satu ini dapet lampu kuning dari Bapak tersayang. Ceritanya nih, ada anak temennya meninggal dunia gegara rajin mengonsumsi makanan lezat satu ini. Akhirnya, jalan tengah ditempuh, konsumsi mi instan cuma boleh seminggu sekali, waks T.T
yah syudahlah, yang penting masih ada mi-mi yang lainnya; mi ayam, mi godog, mi kuah surabaya, mi aceh, heuheu :p

Kalo kulineran, asiknya itu sama temen yang sama-sama punya hobi kulineran. Apa pasal? yap, karena mereka kadang nggak itungan untuk hal satu ini. Mereka rela bayar lebih kalau memang itu sepadan sama masakan atau makanan yang mereka beli.

Sempet sedih sama cafe satu ini. Spesialis pancake, dan memang pancakenya oke banget. Terus apa yang bikin sedih? *tarik nafas dulu* harganya tu lho yang wow banget. Itu 1 porsi pancake dimakannya berdua sama temen, huhuhu... Minumannya juga, ikutan bikin mata melek harganya, hihi...
Bicara tentang harga, banyak yang bilang relatif. Ada temen yang komen,"Lah harga segitu mah biasa". Ada juga yang begitu ngedenger geleng-geleng kepala,"Duit segitu bisa buat aku makan 3kali 3 hari deh di warteg. Udah pake ayam sama es teh lagi". Denger itu cuma bisa meringis dan diam berpikir...

Yah gitulah warna-warninya wisata kuliner. Ada yang sekedar icip-icip sekali waktu, ada yang terus nagih dan jadi kesukaan, bahkan ada yang jadi referensi sajian di rumah. Makan buat aku bukan semata-mata urusan perut. Lebih dari itu, untuk aku pribadi, aktivitas makan adalah ibadah. Tapi gimana makanan itu bisa bawa berkah buat badan kita sendiri. Pernah ditanya sama temen,"Memang apa sih berkah makanan itu? Kenapa kalo kamu makan sampe nasi sebutir-butirnya kamu habisin?"
Aku cuma diem dan mikir, iya ya, memang dimana letak berkahnya makan?

Ibu tercintaku yang menjawab,"Berkahnya makan itu ada di khasiat nasi atau makanan lain yang kamu makan. Kalau makanan itu bisa ngasih kamu tenaga buat beraktivitas sehari-hari, terus dari aktivitas itu kamu menghasilkan sesuatu, itu yang namanya keberkahan..."
Cuma bisa bilang "Ooo" aja. Iya juga ya, kalo habis makan sakit, bukan keberkahan namanya. 


Kuliner juga jadi ajang untuk silaturrahim. Meet up sama temen, chit chat, tukar cerita, aktivitas itu selalu dilengkapi dengan agenda kuliner. Ini salah satu berkah makanan juga kali yak :3
Silaturrahim, mendekatkan satu sama lain. Kadang juga meski cuma sekedar jajan ringan, terus kumpul  sama-sama temen itu udah seru. Nggak perlu kuliner mahal, cafe bagus, teras indomaret juga jadi. Hahaha, jadi luas juga ya lingkup wisata kulinernya? :D

Nikmati makan, lakukan sebagai ibadah. Lakukan dengan syukur. Pernah nyoba sekali waktu bener-bener makan pakai "hati". Bener-bener dinikmati, disyukuri Allah masih memberi rezeki hari ini. Sedih waktu liat video saudara muslim di Suriah, anak-anak kecil mengais remah-remah roti di puing-puing bangunan sisa peperangan. Mereka sering tidak makan dan kelaparan. Hanya karena Kepala Keluarga tidak memiliki tanda pengenal, mereka tidak dapat menikmati bantuan bahan pangan. Sedang mereka yang menikmati bantuan (menurut pengakuan anak-anak Suriah) dengan mudahnya menyisakan makanan mereka dan membuangnya begitu saja.

Just share, semoga menjadi bahan renungan bersama :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar